
Manusia pada hakekatnya makhluk tuhan
yang paling sempurna yang memiliki akal untuk berpikir, memiliki jiwa untuk
merasa dan memiliki hasrat untuk berkarya. begitu sempurnanya manusia sehingga
mereka saling melengkapi dalam proses interaksinya (makhluk sosial). hubungan
interaksi yang dimaksud mencakup hubungan manusia dengan manusia yang lainnya,
hubungan manusia dengan lingkungannya, maupun hubungan manusia dengan yang maha
luhur (Ya jaliil). dalam hal berinteraksi manusia memiliki ruang yang sangat
luas baik itu di Rumah, kampung halaman, sekolah/kampus, tempat kerja, tempat
ibadah, ataupun dijalanan manusia selalu melakukan interaksi.
kampus
merupakan ruang dimana manusia yang lebih khusus dikenal dengan sebutan
Mahasiswa dan Dosen beradaptasi. dimana terjadi proses sosial antara mahasiswa
dan dosen, mahasiswa yang satu dengan mahasiswa yang lannya, dan mahasiswa
junior dengan mahasiswa senior. Politani Pangkep adalah ruang dimana kami
mahasiswa hidup dan berkembang seiring dengan modernisasi yang ada. kampus
dimana terdapat sejuta cerita yang menjadi saksi terbentuknya pribadi, dengan
Almamater yang menjadi jati diri dan semboyan
CAPS (Cerdas Amanah Peduli Santun) yang menjadi pedoman dalam bertingkahlaku.
Filosofi
CAPS menuntun kita bagaimana dalam membawa diri “ how to be a great leader “
untuk menjadi pemimpin yang agung, yang berpengaruh, dan yang dibanggakan oleh para pemberi suara. wujud nyata adanya CAPS
yaitu adanya sifat kekeluargaan yang terjalin antara para penganutnya, contoh
kecilnya yaitu sopan santun dalam komunikasi, sifat menghargai sesama, dsb. namun
nyatanya Inferioritas vs superioritas
itu masih tumbuh subur hingga sekarang budaya CAPS yang sering didengungkan
oleh kaum intelektual terkikis karena adanya paham tersebut.
wujud adanya Inferioritas
vs superioritas itu dapat dilihat dari kebiasaan
mahasiswa yaitu menganggap dirinya tidak memiliki keunggulan,
bakat, atau kelebihan apapun yang pantas diandalkan sehingga untuk saling sapa
dengan mereka yang dia anggap unggul akan sulit akibatnya sifat asyik dengan
diri sendiri itupun semakin tumbuh. atau sifat superioritas atau lebih dikenal
dengan sebutan perfeksion dimana kehendaknya menjadi kewajiban bagi orang lain,
atau menganggap dirinya sempurna, sehingga sosialisasinya terpusat pada mereka
yang sederajat. isi pikiran, isi perasaan, dan isi keyakinan semacam itu, entah
kita sadari atau tidak, lama kelamaan membentuk sebuah kesimpulan di dalam
batin, membentuk citra diri, membentuk opini tentang diri, membentuk defenisi
diri yang kita ciptakan sendiri tentang diri kita dan diri orang lain yang
membatasi diri untuk berkembang karena isi pikiran yang tidak bersinergi
membentuk tingkah laku yang hampa.

komunikasilah yang memegang “agent of
change“ mahasiswa bisa melakukan perubahan jika konsep kata perubahan itu
terurut “C-H-A-N-G-E“ karena jika urutannya berubah maka akan melahirkan arti
yang berbeda. jika junioritas dan senioritas itu masih ada maka untuk mengukur
tingkatan keberhasilannya, saling sapa atau salamlah yang menjadi patokannya.
kita tidak dapat mengkompensasi diri antara individu dan
masyarakat karena ketergantungannya sangat dekat, jadi manusia harus berfungsi
secara konstruktif dengan orang lain demi kebaikan bersama.
by: NIRMAYANTI_AGROINDUSTRI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar