SDA PERTANIAN INDONESIA
1. Pengenalan Pengetahuan Pertanian
Manusia berinteraksi dengan
lingkungan dan isinya, baik berupa makhluk hidup maupun ekosistem. Oleh karena
itu, manusia berperan untuk menjaga alam. Sumber daya alam seperti hutan,
perairan, perkebunan, pertambangan, dan tanah adalah rahmat Tuhan Semesta Alam
yang harus dimanfaatkan sebaik-baiknya, bukan saja untuk generasi sekarang,
tetapi juga untuk generasi yang akan datang. Oleh karena itu, sumber daya alam
tersebut harus dikelola dengan baik dan tepat agar manfaat dan hasilnya dapat
diperoleh secara maksimal dan alam yang dieksploitasi tetap dalam kondisi
lestari.
Di era yang semakin modern,
pengetahuan dan wawasan semakin dibutuhkan, termasuk dalam mengolah pertanian
dan kota. Seperti yang dituturkan Prof. Dr. Ir. Djumali mangunwidjaja, DEA dan
Dr. Ir. Illah Sailah, MS bahwa : Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
(IPTEK) pada abad ke 12 yang diawali di Eropa dipacu oleh paham humanisme dan
positivistik. Aliran ini menempatkan posisi manusia sebagai pengelola alam
sekitarnya. Kaidah “Pengetahuan adalah kekuatan” (Knowledge is power,
savoir est pouvoir) yang dilontarkan oleh filosof Inggris, Francais Bacon,
menjadi prinsip dasar masyarakat barat dalam menerapkan ilmu dan teknologi
dalam pembangunan ekonomi. Sumberdaya alam tidak hanya dikelola secara baik dan
memadai, sebaliknya dieksploitasi secara habis-habisan ((Djumali dan Illah.
2009 : 48).
Pengetahuan petani dalam
mengelola lahan dan memperhatikan keadaan sekitarnya sangat terkait dengan
kondisi ekologi setempat, dan dalam memutuskan tindakan terbaik yang harus
dilakukan (Rachman Sutanto. 2006 : 188). Data fakta petani dan kondisi lahan
Indonesia yang dikutip dari tabloid sahabat petani sebagai berikut :
1.
Jumlah petani di
Indonesia tahun 2013 sebanyak 31,7 juta orang, terdiri dari laki-laki berjumlah
24,36 juta orang dan perempuan 7,4 juta orang.
2.
Jumlah usaha tani
pada tahun 2013 tercatat 26,14 juta rumah tangga (RT).
3.
Dari jumlah rumah
tangga petani tersebut, petani subsektor tanaman pangan 17,73 juta,
hortikultura 10,60 juta, perkebunan 12,77 juta, peternakan 12,97 juta,
perikanan kegiatan budidaya ikan 1,19 juta, perikanan kegiatan penangkapan ikan
0,86 juta, kehutanan 6,78 juta, dan jasa pertanian 1,08 juta rumah tangga.
4.
Jumlah petani gurem
14,25 juta rumah tanggga. Petani gurem adalah petani yang memiliki lahan kurang
dari 2 hektar.
5.
Jumlah rumah tangga
menurut petani utama yang berusia di atas 54 tahun pada tahun 2013 relatif
besar, yaitu sebanyak 8,56 juta rumah tangga (32,76 persen).
6.
Rata-rata luas
lahan yang dikuasai rumah tangga usaha pertanian tahun 2013 seluas 0,89 hektar.
7.
63,20 persen dari
28,07 juta orang penduduk miskin Indonesia berada di pedesaan. Artinya, ada
sekitar 17,74 juta orang di pedesaan yang hidup miskin, dan sebagian besar dari
mereka berprofesi sebagai petani. (diolah dari data BPS).
Selain menyangkut lahan dan
SDM, yang menjadi gejolak sekarang ini diindustri pertanian yaitu mengenai
pengolahan hasil pertanian yang dapat dinikmati oleh petani dan juga oleh
masyarakat banyak sehingga mampu memberikan nilai tambah dan menjadikan petani
indonesia menjadi petani berkelas yang mana selain mampu menyediakan bahan baku
untuk dirinya sendiri juga dapat mengolah hasil dari produksi komoditi
pertanian, sehingga petani Indonesia tidak lagi merasa menjadi pembantu perekonomian
bagi negara lain.
2 .
Kondisi Daerah Sasaran
3.
Komoditi Jagung di Belawa Wajo Sulawesi Selatan
Berdasarkan benihnya jagung
di bedakan menjadi beberapa macam, antara lain :
A.
Jagung hibrida adalah jagung yang benihnya merupakan keturunan pertama dari
persilangan dua galur atau lebih yangsifat-sifat individunya Heterozygot dan
Homogen. Misalnya :
·
Kelompok Cargil, yaitu : C1, C2,
·
Kelompok Pioneer, yaitu : P1, P2,
·
Kelompok Bisi, yaitu : Bisi 1,
·
Kelompok Semar, yaitu : Semar 1,
·
Kelompok CPI, yaitu : CPI 1.
B.
Jagung komposit adalah jagung yang benihnya campuran dari beberapa varietas,
sehingga individunya Heterozygot dan Heterogen. Misalnya : Lamuru, Krisna,
Gumarang, Bisma.
C. Jagung lokal adalah jagung yang merupakan hasil pertanaman spesifik
lokasi, tidak merupakan benih hibrida dan impor contoh Jagung Kodok, Jagung
Kretek, Jagung Manado Kuning, Jagung Metro. Kedelai : Kacang Jepun.
Pada tahun 2015 bupati Wajo
HA Burhanuddin Unru melakukan panen jagung di Kecamatan Belawa, bersama dengan Kepala
Dinas Pertanian Provinsi Sulawesi Selatan, Lutfi Halide yang mengatakan “ Tahun 2015 ini merupakan
tahunnya petani lebih khusus petani padi, jagung dan kedelai “. dan Wajo menjadi
daerah percontohan pertanian nasional. sehingga dapat dikatakan bahwa hasil panen jagung petani
melimpah yang mana bibit mereka terima berasal dari pemerintah namun pada
hakekatnya hasil panen yang melimpah akan sebagian disubstitusikan untuk
pemerintahan kabupaten Wajo.
Varietas jagung yang
dikembangkan yaitu Bima 3 yang pada awalnya di tanam di area 1 hektar, yang semakin
lama berkembang dan dikenal oleh masyarakat, sehingga terus dibudidayakan. Beberapa
daerah di kabupaten wajo menjadi sasaran perkembangan pertanian yang mana wajo
merupakan daerah yang dapat memungkinkannnya berbagai tanaman tumbuh dan
berkembang.