Pengikut

Jumat, 16 September 2016

SDA wajo sulsel

SDA PERTANIAN INDONESIA


1. Pengenalan Pengetahuan Pertanian
Manusia berinteraksi dengan lingkungan dan isinya, baik berupa makhluk hidup maupun ekosistem. Oleh karena itu, manusia berperan untuk menjaga alam. Sumber daya alam seperti hutan, perairan, perkebunan, pertambangan, dan tanah adalah rahmat Tuhan Semesta Alam yang harus dimanfaatkan sebaik-baiknya, bukan saja untuk generasi sekarang, tetapi juga untuk generasi yang akan datang. Oleh karena itu, sumber daya alam tersebut harus dikelola dengan baik dan tepat agar manfaat dan hasilnya dapat diperoleh secara maksimal dan alam yang dieksploitasi tetap dalam kondisi lestari.
Di era yang semakin modern, pengetahuan dan wawasan semakin dibutuhkan, termasuk dalam mengolah pertanian dan kota. Seperti yang dituturkan Prof. Dr. Ir. Djumali mangunwidjaja, DEA dan Dr. Ir. Illah Sailah, MS bahwa : Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) pada abad ke 12 yang diawali di Eropa dipacu oleh paham humanisme dan positivistik. Aliran ini menempatkan posisi manusia sebagai pengelola alam sekitarnya. Kaidah “Pengetahuan adalah kekuatan” (Knowledge is power, savoir est pouvoir) yang dilontarkan oleh filosof Inggris, Francais Bacon, menjadi prinsip dasar masyarakat barat dalam menerapkan ilmu dan teknologi dalam pembangunan ekonomi. Sumberdaya alam tidak hanya dikelola secara baik dan memadai, sebaliknya dieksploitasi secara habis-habisan ((Djumali dan Illah. 2009 : 48).
Pengetahuan petani dalam mengelola lahan dan memperhatikan keadaan sekitarnya sangat terkait dengan kondisi ekologi setempat, dan dalam memutuskan tindakan terbaik yang harus dilakukan (Rachman Sutanto. 2006 : 188). Data fakta petani dan kondisi lahan Indonesia yang dikutip dari tabloid sahabat petani sebagai berikut :
1.      Jumlah petani di Indonesia tahun 2013 sebanyak 31,7 juta orang, terdiri dari laki-laki berjumlah 24,36 juta orang dan perempuan 7,4 juta orang.
2.    Jumlah usaha tani pada tahun 2013 tercatat 26,14 juta rumah tangga (RT).
3.    Dari jumlah rumah tangga petani tersebut, petani subsektor tanaman pangan 17,73 juta, hortikultura 10,60 juta, perkebunan 12,77 juta, peternakan 12,97 juta, perikanan kegiatan budidaya ikan 1,19 juta, perikanan kegiatan penangkapan ikan 0,86 juta, kehutanan 6,78 juta, dan jasa pertanian 1,08 juta rumah tangga.
4.    Jumlah petani gurem 14,25 juta rumah tanggga. Petani gurem adalah petani yang memiliki lahan kurang dari 2 hektar.
5.    Jumlah rumah tangga menurut petani utama yang berusia di atas 54 tahun pada tahun 2013 relatif besar, yaitu sebanyak 8,56 juta rumah tangga (32,76 persen).
6.    Rata-rata luas lahan yang dikuasai rumah tangga usaha pertanian tahun 2013 seluas 0,89 hektar.
7.    63,20 persen dari 28,07 juta orang penduduk miskin Indonesia berada di pedesaan. Artinya, ada sekitar 17,74 juta orang di pedesaan yang hidup miskin, dan sebagian besar dari mereka berprofesi sebagai petani. (diolah dari data BPS).
Selain menyangkut lahan dan SDM, yang menjadi gejolak sekarang ini diindustri pertanian yaitu mengenai pengolahan hasil pertanian yang dapat dinikmati oleh petani dan juga oleh masyarakat banyak sehingga mampu memberikan nilai tambah dan menjadikan petani indonesia menjadi petani berkelas yang mana selain mampu menyediakan bahan baku untuk dirinya sendiri juga dapat mengolah hasil dari produksi komoditi pertanian, sehingga petani Indonesia tidak lagi merasa menjadi pembantu perekonomian bagi negara lain.
2 .        Kondisi Daerah Sasaran
Kabupaten Wajo adalah salah satu Daerah Tingkat II di provinsi Sulawesi Selatan, Indonesia. Ibu kota kabupaten ini terletak di Sengkang. Kabupaten ini memiliki luas wilayah 2.056,19 km² dan berpenduduk sebanyak kurang lebih 400.000 jiwa. kabupaten Wajo dulunya terdiri dari 10 kecamatan, akan tetapi sejak tahun 2000 terjadi pemekaran hingga saat ini terdapat 14 kecamatan, yaitu:

1.      Belawa
2.      Bola
3.      Gilireng
4.      Keera
5.      Majauleng
6.      Maniang Pajo
7.      Pammana
8.      Penrang
9.      Pitumpanua
11.  Sajoanging
12.  Takkalalla
14.  Tempe
3.  Komoditi Jagung di Belawa Wajo Sulawesi Selatan
Jagung (Zea mays ssp. mays) adalah salah satu tanaman pangan penghasil karbohidrat yang terpenting di dunia, selain gandum dan padi. Bagi penduduk Amerika Tengah dan Selatan, bulir jagung adalah pangan pokok, sebagaimana bagi sebagian penduduk Afrika dan beberapa daerah di Indonesia. Pada masa kini, jagung juga sudah menjadi komponen penting pakan ternak. Penggunaan lainnya adalah sebagai sumber minyak pangan dan bahan dasar tepung maizena. Berbagai produk turunan hasil jagung menjadi bahan baku berbagai produk industri.
Berdasarkan benihnya jagung di bedakan menjadi beberapa macam, antara lain :
A.       Jagung hibrida adalah jagung yang benihnya merupakan keturunan pertama dari persilangan dua galur atau lebih yangsifat-sifat individunya Heterozygot dan Homogen. Misalnya :
·         Kelompok Cargil, yaitu : C1, C2,
·         Kelompok Pioneer, yaitu : P1, P2,
·         Kelompok Bisi, yaitu : Bisi 1,
·         Kelompok Semar, yaitu : Semar 1,
·         Kelompok CPI, yaitu : CPI 1.
B. Jagung komposit adalah jagung yang benihnya campuran dari beberapa varietas, sehingga individunya Heterozygot dan Heterogen. Misalnya : Lamuru, Krisna, Gumarang, Bisma.
C. Jagung lokal adalah jagung yang merupakan hasil pertanaman spesifik lokasi, tidak merupakan benih hibrida dan impor contoh Jagung Kodok, Jagung Kretek, Jagung Manado Kuning, Jagung Metro. Kedelai : Kacang Jepun.


 

            Pada tahun 2015 bupati Wajo HA Burhanuddin Unru melakukan panen jagung di Kecamatan Belawa, bersama dengan Kepala Dinas Pertanian Provinsi Sulawesi Selatan, Lutfi Halide yang mengatakanTahun 2015 ini merupakan tahunnya petani lebih khusus petani padi, jagung dan kedelai. dan Wajo menjadi daerah percontohan pertanian nasional. sehingga dapat dikatakan bahwa hasil panen jagung petani melimpah yang mana bibit mereka terima berasal dari pemerintah namun pada hakekatnya hasil panen yang melimpah akan sebagian disubstitusikan untuk pemerintahan kabupaten Wajo.
Varietas jagung yang dikembangkan yaitu Bima 3 yang pada awalnya di tanam di area 1 hektar, yang semakin lama berkembang dan dikenal oleh masyarakat, sehingga terus dibudidayakan. Beberapa daerah di kabupaten wajo menjadi sasaran perkembangan pertanian yang mana wajo merupakan daerah yang dapat memungkinkannnya berbagai tanaman tumbuh dan berkembang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar