Pengikut

Minggu, 09 Oktober 2016

my essai



DSC_0144.JPG “ SALAM CERDAS “
Manusia pada hakekatnya makhluk tuhan yang paling sempurna yang memiliki akal untuk berpikir, memiliki jiwa untuk merasa dan memiliki hasrat untuk berkarya. begitu sempurnanya manusia sehingga mereka saling melengkapi dalam proses interaksinya (makhluk sosial). hubungan interaksi yang dimaksud mencakup hubungan manusia dengan manusia yang lainnya, hubungan manusia dengan lingkungannya, maupun hubungan manusia dengan yang maha luhur (Ya jaliil). dalam hal berinteraksi manusia memiliki ruang yang sangat luas baik itu di Rumah, kampung halaman, sekolah/kampus, tempat kerja, tempat ibadah, ataupun dijalanan manusia selalu melakukan interaksi.
            kampus merupakan ruang dimana manusia yang lebih khusus dikenal dengan sebutan Mahasiswa dan Dosen beradaptasi. dimana terjadi proses sosial antara mahasiswa dan dosen, mahasiswa yang satu dengan mahasiswa yang lannya, dan mahasiswa junior dengan mahasiswa senior. Politani Pangkep adalah ruang dimana kami mahasiswa hidup dan berkembang seiring dengan modernisasi yang ada. kampus dimana terdapat sejuta cerita yang menjadi saksi terbentuknya pribadi, dengan Almamater yang menjadi jati diri dan  semboyan CAPS (Cerdas Amanah Peduli Santun) yang menjadi pedoman dalam bertingkahlaku.
            Filosofi CAPS menuntun kita bagaimana dalam membawa diri “ how to be a great leader “ untuk menjadi pemimpin yang agung, yang berpengaruh, dan yang dibanggakan oleh  para pemberi suara. wujud nyata adanya CAPS yaitu adanya sifat kekeluargaan yang terjalin antara para penganutnya, contoh kecilnya yaitu sopan santun dalam komunikasi, sifat menghargai sesama, dsb. namun nyatanya Inferioritas vs superioritas itu masih tumbuh subur hingga sekarang budaya CAPS yang sering didengungkan oleh kaum intelektual terkikis karena adanya paham tersebut.
            wujud adanya Inferioritas vs superioritas itu dapat dilihat dari kebiasaan mahasiswa yaitu menganggap dirinya tidak memiliki keunggulan, bakat, atau kelebihan apapun yang pantas diandalkan sehingga untuk saling sapa dengan mereka yang dia anggap unggul akan sulit akibatnya sifat asyik dengan diri sendiri itupun semakin tumbuh. atau sifat superioritas atau lebih dikenal dengan sebutan perfeksion dimana kehendaknya menjadi kewajiban bagi orang lain, atau menganggap dirinya sempurna, sehingga sosialisasinya terpusat pada mereka yang sederajat. isi pikiran, isi perasaan, dan isi keyakinan semacam itu, entah kita sadari atau tidak, lama kelamaan membentuk sebuah kesimpulan di dalam batin, membentuk citra diri, membentuk opini tentang diri, membentuk defenisi diri yang kita ciptakan sendiri tentang diri kita dan diri orang lain yang membatasi diri untuk berkembang karena isi pikiran yang tidak bersinergi membentuk tingkah laku yang hampa. 
DSC_0144.JPG            kecerdasan itu tidak dapat diukur, namun kecerdasan itu dapat dilihat, intelektual itu menjadi dasar hidup dilihat dari bagaimana seseorang bersosialisas dan berkomunikasi dengan orang lain. sifat amanah, peduli, dan santun itu dapat dilihat dari sifat cerdas dalam bertutur kata, cerdas dalam bertingkah laku, cerdas dalam berpikir sehingga menjadi pemicu tumbuhnya kehangatan dalam kampus. karena apalah arti jabatan dan ilmu yang tinggi, jika dengan berbicara saja kedewasaan itu belum ada maka kita tidak berhak berbicara tentang pengembangan diri yang menyeruak dimana mana.
            komunikasilah yang memegang “agent of change“ mahasiswa bisa melakukan perubahan jika konsep kata perubahan itu terurut “C-H-A-N-G-E“ karena jika urutannya berubah maka akan melahirkan arti yang berbeda. jika junioritas dan senioritas itu masih ada maka untuk mengukur tingkatan keberhasilannya, saling sapa atau salamlah yang menjadi patokannya. kita tidak dapat mengkompensasi diri antara individu dan masyarakat karena ketergantungannya sangat dekat, jadi manusia harus berfungsi secara konstruktif dengan orang lain demi kebaikan bersama.


by: NIRMAYANTI_AGROINDUSTRI